Saturday 31 August 2013

Come On Guys!!



Siapa sih yang ga mau kuliah keluar negeri dibayarin alias Gratis? Udah biaya kuliah dibayarin, dikasih uang saku pula? Transportasi dan biaya-biaya lain yang menunjang proses perkuliahan dibayarin pula..Siapa yang ga mau?? Menurut gw, pada dasarnya semua orang mau laaah.. Mungkin beberapa orang ada yang ga mau atau belum mau, mungkin karena sudah puas dengan kondisi nya saat ini dan sudah merasa cukup dengan kapasitas intelektualnya. Sebagian orang ada juga yang memiliki pertimbangan tersendiri hingga akhirnya opsi kuliah gratis bisa dikesampingkan. Mungkin terkait masalah keluarga, karir nya saat ini, atau pun pertimbangan lainnya.. orang dalam kelompok ini adalah orang-orang yang “Pengen siih,,,Tapiii………”. Sah-sah aja, bebas-bebas aja..

Tidak ada yang salah jika ternyata kita tidak memiliki keinginan kuliah lagi karena hal-hal tersebut diatas. Namun gw terkadang bingung dengan orang yang ga punya keinginan untuk meneruskan kuliah dikarenakan alasan yang sebenarnya berbahaya dan urgent untuk diselesaikan: “Gw ga tau gw mau ambil kuliah apa, soalnya gw ga tau gw mau jadi apa di masa depan”. Orang dalam kelompok ini adalah orang-orang yang “Gw ga tau untuk apa gw kuliah lagi…”. Keinginan saja ga ada, gw khawatir orang-orang model ini adalah orang yang belum selesai dengan dirinya. 

Orang yang menjalani hidup mengikuti arus kehidupan tanpa tau menuju muara mana ia terseret. Masa iya ga tau mau jadi apa? Masa iya hidup ga punya keinginan atau impian atau cita-cita? Bukankah bermimpi dan bercita-cita itu gratis dan ga dosa? Okelah bukan cita-cita atau impian, kita turunkan kadarnya menjadi Tujuan. Masa iya hidup ga punya tujuan? 
Kalau belum punya tujuan, wah…mending coba dielus-elus jidatnya..coba dipikirkan dulu.. 
Coba dikorek-korek otaknya..coba pikirkan dulu lebih keras..
Coba dicongkel-congkel hatinya..coba pikirkan lebih keras lagi, sudah pasti hati kita itu punya keinginan kok.. 

Kalau memang punya, seharusnya tiap orang bisa membuat turunan dari tujuan tersebut kedalam sebuah gambaran jenjang pendidikan yang bisa me-leverage orang tersebut dalam mencapai tujuannya, atau setidak-tidaknya bisa masuk ke kelompok “Pengen siih,,,Tapiii……..”. Sah-sah aja, bebas-bebas aja.. 

Yang penting jangan kalah sama Sprite! ”Kutahu yang kumau!!”. 

Paradigma menuntut ilmu bagi tiap manusia harus diperkuat, diperjelas dan diyakini. Dalam agama Islam, ilmu dan aktivitas menuntut ilmu ditempatkan sebagai sesuatu yang mulia. Ayat Quran pertama pun berbunyi “Iqra” yang artinya “Bacalah”. Bahkan salah satu amal yang tidak akan terputus pahala nya adalah ilmu yang bermanfaat. “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat”, nah loh jelas banget ituh. Tanpa harus menambah argument lagi, kita harus bersepakat disini bahwa Ilmu dan aktivitas menuntut ilmu merupakan sesuatu yang mulia dan dianjurkan. Sepakat?? Ga sepakat gw kepret! 

Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China (red:hadits lemah

Memang benar bahwa kuliah atau gelar sarjana/master/doctor bukanlah suatu hal wajib yang harus dituntaskan, ilmu pengetahuan pun tidak hanya bisa didapat di dalam ruang kelas dan institusi formal saja, karena sesungguhnya ilmu ada di tiap tangkapan retina dan pejaman mata, ilmu ada di tiap hening dan getar gendang telinga, ilmu ada di tiap hirup hembus udara..ada di tiap peka rasa indera. Tapi kita hidup di zaman edan, akhir zaman, kita hidup di dunia yang kompetitif dan penuh persaingan, di mana faktanya recognition dari lingkungan sosial mensyaratkan hal-hal yang bersifat materiil dan administratif. Dalam hal ini gw berbicara tentang ilmu yang dikejar di institutsi formal dan diakhiri dengan pemberian selembar kertas berpola cantik yang disebut Ijazah. Ijazah dan gelar adalah sebuah keniscayaan dari proses menuntut ilmu di institusi formal. 

Si empunya ijazah selanjutnya bisa punya nama yang lebih panjang dari nama asli yang tertera di catatan sipil, dan hal ini lah yang secara tidak tertulis telah disepakati secara sosial oleh masyarakat kita sebagai salah satu pertimbangan dalam banyak hal. Bersifat duniawi memang, tapi itulah kenyataan yang ada dan ini boleh jadi menjadi salah satu undakan yang harus kita injak untuk mencapat impian/cita-cita/tujuan. Namun patut dipahami, dan sekali lagi, paradigma tentang ijazah dan gelar mesti kita cermati dan kita yakini. Bahwa kalau kita kuliah itu sudah pasti (insya Allah) akan dapat yang namanya ijazah dan gelar. Tapi sesungguhnya lebih dari itu, tidak hanya dua hal itu yang akan kita dapatkan, tapi banyak hal-hal lain yang bersifat intangible namun lebih valuable akan pula kita dapatkan. Wawasan, pola pikir, attitude, kemampuan analitis, pengalaman, jaringan dan sahabat baru, kepercayaan diri, bahkan jika bisa memantapkan niat dan menjaga-nya dengan baik, menuntut ilmu bisa jadi salah satu sumber tabungan pahala juga. 

Jika kita bisa menimba ilmu di negeri orang, umumnya hal-hal tangible (ijazah dan gelar) serta intangible tersebut diatas berpotensi dapat berlipat-lipat value nya. Paling tidak itu yang saya percaya. 

Dengan kondisi ceteris paribus, secara umum scholarship hunter lahir ditengah pasar yang mempertemukan paradigma diatas dengan supply beasiswa yang sebenarnya berjumlah tidak sedikit (silahkan googling). Buat yang ga percaya, percaya deh, percaya bahwa Buwanyakkk kesempatan beasiswa yang bisa kita upayakan..nanti pada kesempatan berikutnya saya akan coba menceritakan perjuangan saya mencari beasiswa hingga akhirnya Alhamdulillah beberapa hari yang lalu barus saja tanda tangan kontrak Beasiswa dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). 

“Ayooo…seekolaaah..” 
Ada yang ingat dengan slogan diatas?dulu iklan layanan masyarakat itu sering muncul di TV.. Pada intinya, tulisan ini gw harapkan bisa memotivasi kita semua untuk bisa senantiasa berusaha menjadi orang yang memiliki impian, cita-cita, tujuan hidup. Sekaligus mencoba memaparkan sebuah paradigma umum yang mungkin bermanfaat. 

Tulisan ini insya Allah juga akan menjadi mukadimah untuk tulisan saya berikutnya mengenai Perburuan Beasiswa, Alhamdulillah saya sudah dapat buruan saya.. =) 

Saya tutup tulisan ini dengan mengutip sebuah syair indah karya Imam Syafi’i, : 

Merantau 
Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman 
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang 
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan 
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang 

Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan 
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak kan keruh menggenang 
Singa tak akan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang 
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran 

Jika saja matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam 
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang 
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman 
Orang-orang tidak akan menunggu saat munculnya datang 

 Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang 
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan 
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan 
Jika dibawa ke bandar berubah mahal jadi perhatian hartawan