Mungkin Aku Bukan
Pujangga..mungkin aku tak selalu ada..
Ini diriku..Apa adanya…
Sebagai lelaki yang mewarisi gen Minang, terkadang gw merasa
dituntut untuk bisa menjadi entrepreneur. Orang Padang = Pandai Dagang memang sudah
jadi slogan umum di tengah masyarakat.
Memang mayoritas keluarga dari sisi Ayah merupakan pengusaha
yang tidak kerja kantoran. Mereka hidup cukup, beranak pinak dan Alhamdulillah tidak
kekurangan. Ada hadits yang mengatakan bahwa “9 dari 10 pintu rezeki adalah
dari perniagaan/perdagangan”, menurut ulama hadits tersebut dha’if, namun
menarik melihat fakta yang terhampar, perdagangan memang sumber rezeki utama. Ya
iyalah..perdagangan di sini kan bisa mencakup barang dan jasa..semua perusahaan
yang listing di bursa juga usahanya ya jualan…barang dan atau jasa... Mudah-mudahan suatu saat nanti gw bisa jadi entrepreneur..ga jadi CungPret lagi..
Ngomong-ngomong Minang, gw selalu mendeklarasikan diri
sebagai orang Minang, or at least, keturunan Minang. Padahaaal, gw ga berhak
menyandang predikat sebagai orang Minang karena suku Minangkabau menganut sistem
Matrilineal yang artinya garis keturunan dibawa oleh Ibu, bukan Ayah. Lah gw? Ibu tercinta kelahiran Bogor yang besar di Pondok Gede.
Oiya! Satu hal penting yang sedari dulu selalu gw coba luruskan.
Brooo..siiiist.. Orang Minang itu bukan Orang Padang! Seperti halnya Orang
Sunda itu tidak berarti orang Bandung, atau Orang Batak itu adalah orang Medan.
Minang itu suku, Padang itu Kota. Istilahnya Mbee dan Kuda, ya Mbeda!
Okay, Ayah gw Minang, Ibu Betawi. Tapi dari ABL (Anak Baru
Lahir) sampai ABG (Anak Baru Gede) gw tinggal di Bandung. Di lingkungan Sunda.
Jadi sebenernya gw orang apa?? Krisis identitas melanda..gw mau bilang klo gw
Orang Belanda, tapi ga pirang..mau bilang klo gw Orang Italia, tapi kurang
putih. Mau bilang orang Burkina Faso, tapi kurang item. Mau bilang Orang Aring
tapi Garing. Memang paling aman kalo gw bilang gw adalah orang Indonesia dan Alhamdullilah,
gw Orang Islam.. =).
Tapi man,
terkadang dalam sebuah lingkup pergaulan kita butuh identitas suku. Bukan untuk
mengotak-ngotakan, membanggakan apalagi mendiskreditkan suku-suku lain. Tapi suku
adalah sebuah komponen identitas yang cukup penting, at least gw merasakannya
di kampus. Mahasiswa dari berbagai daerah berkumpul di kampus, but hey, did you see them? They have an ethnic
identity, they use their ethnic language and they have their own ethnic association,
they proud of those. Memang tak bisa dipungkiri, faktor suku terkadang
dibutuhkan sebagai celah komunikasi dan juga..ya..let’s say.. jati diri. Dan jujur, gw ingin punya identitas itu..
Pencarian dimulai..
Asep bin Bambang bin Joko
Akta kelahiran gw bilang kalo gw lahir di Jakarta. Jadi, gw
orang Betawi dong? Brooh..puluhan atau ratusan Bambang dan Joko pun telah
sukses terlahir di Jakarta. Tapi mereka orang Jawa tuh denger-denger. Begitu
pula ratusan Asep dan Tatang yang lahir di Ibu kota namun ngaku-ngaku orang
Sunda. So? Gw bukan orang betawi gitu? Bukan. Karena berdasarkan studi literature
(alias googling haha), ahli Antropologi pun masih memilki beberapa versi tentang
asal usul orang Betawi. Ditambah lagi, Bapak nya Ibu gw, adalah orang Binjai,
Sumatera Utara! Nah loh? Nyokap gw juga bukan Betawi dong? Apalagi gw..?
Gw kesampingkan Betawi…kita lanjut ke suku yang dari
logatnya nampak jadi suku yang paling sopan se-Indonesia..
Euleuh euleuh..Sunda..
Hadeuh..menjalani 13 tahun masa tumbuh kembang di Kota
Kembang memang sangat berkesan buat gw. What a perfect life back then…Terima
kasih ya Allah. Bahasa Sunda gw bisa, walaupun banyak lupanya..hehe, tapi klo
ada yang ngajak ngobrol bisa gw..at least
gw bisa melafalkan intonasi Sunda dengan sangat baik..hehe. But sadly, those 13 years period does not
necessarily confirm that I am a Sundanese.
Urang Awak
Kemungkinan terakhir jatuh ke salah satu suku perantau dari
tanah Sumatera. Berpusat di pesisir Barat Pulau Sumatera, Minangkabau.
Ayah gw Rusdi Kahar bin Sutan Kahar. Ungku (Kakek) gw kata Ayah sih marga-nya Piliang. Ungku udah dipanggil Allah sebelum gw
lahir ke dunia. Tapi kisah-kisah tentang beliau tidak berhenti diceritakan oleh
Ayah. Ungku adalah pedagang, pedagang
macam-macam sepertinya. Bisnis terakhir saat meninggal sih bisnis kuliner, Sate
Padang Beringin, sampai sekarang masih ada dilanjutkan sama Om gw. Restoran Beringin ini cukup terkenal di Kota
Jambi. Tanya supir Taxi disana, pasti tau. Ayah ini orang nya keras, khas orang
Minang lah pokoknya. Orang nya nekat, pekerja keras, berani dan bertanggung
jawab tentunya. Ga ada capeknya! Dibalik
sifat keras-nya, perhatiannya terhadap anak-anak nya sungguh sering membuat gw
terharu..sungguh terharu.
Oiya! KATA SIAPA ORANG PADANG (MINANG) PELIT?? MEREKA GA
PELIT KOK! Cuma perhitungan aja.. *Cium tangan Ayah..
Dulu, saat masih di Bandung, gw sekeluarga sering sekali
bolak balik Bandung-Jakarta-Bandung, untuk mengunjungi Mbah. Minimal 1 bulan sekali mungkin. Padahal belum ada Cipularang.
Jadi kalo ga lewat Puncak ya lewat Purwakarta. Naah, sepanjang perjalanan, di
mobil, sering banget Ayah muter lagu-lagu Minang. Somehow, I like those music. Ayah jarang menggunakan bahasa Minang
di rumah, tapi setiap ketemu saudara, pasti ngomongnya bahasa Minang. Again, somehow, I like the accent. Budaya
Minang bisa dibilang adalah budaya yang paling kentara di rumah gw, hiasan
rumah gadang, foto Kartini-an TK pake baju Minang, datang ke pernikahan saudara
pake adat Minang, menu makan di rumah masakan Padang, didikan ala Ungku ke Ayah which is ala Minang, musik
di mobil dan di rumah (kalo weekend) Minang.. (belakangan, abang gw nikah sama
orang Minang juga).
Ga ada pilihan lain, gw adalah orang Minang. Okay, betul
bahwa Minang diturunkan dari garis keturunan Ibu, fakta ini lah yang membuat
teman-teman Minang gw sering nyindir bahwa
gw Minang abal-abal.
But hey, gw
mewarisi darah Minang dari Ayah. Weeeee… =P
Satu hal lagi yang membuat gw merasa lebih dekat ke Minang,
suku Minang itu adalah salah satu suku Melayu, dimana suku Melayu ini identik
dengan hal-hal yang berbau kesusastraan. Tanpa gw sadari, ternyata gw adalah
seorang pembuat Puisi yang boleh dikatakan BolJug lah..Boleh Juga.. at least
beberapa kawan mengakui-nya, bahkan pada beberapa momen, Puisi gw berhasil
membuat beberapa orang terisak saat mendengar puisi itu dibacakan. Mungkin besok-besok
akan gw posting beberapa karya gw..itung-itung buat dokumentasi, dan siapa tau
bisa dinikmati dan diresapi oleh pembaca.
Udah ah..dadah..
Mungkin Aku Bukan
Minang..
Tapi Aku Mewarisi
Darah Pujangga..
Rachman Gifar – Urang
Awak
No comments:
Post a Comment
Mulutmu Harimau-mu..